Khanduri Ie Bu Babah Jurong Dalam bahasa Aceh adalah bubur beras yang cair dengan campuran santan kelapa. Khanduri ie bu dilakukan diujung jalan desa, biasanya ditandai adanya kuburan keramat, pohon besar atau balai-balai desa.
Khanduri ini lebih sebagai ritual penolak bala, menghindari wabah penyakit yang massal seperti cacar, kolera, atau peulaweue. Dulu peulaweue sangat ditakuti orang, karena merupakan wabah yang cepat menular dan sulit dicegah. Orang Aceh menolak bala itu dengan khanduri ie bu babah jurong.
Biasanya bubur ini tidak diberi pemanis atau gula, paling hanya dicampur pisang. Beberapa bagian, disajikan dalam tempat khusus, seuleuke (kotak daun pisang yang dirajut dengan lidi). Di dalam kotak itu diisi bubur, lalu diletakkan di tempat tertentu sebagai sesajen untuk makhluk halus, dan roh jahat, agar dia menjauh dari desa.
Betapa pengaruh hindu cukup kental terasa dalm sesajian seuileuke ini. Kapan dan dimana persinggungan budaya hindu dalam Islam di Aceh , tak ada catatan resmi yang diketahui dengan pasti, namun hal ini telah menjadi tradisi dan bahagian dari keseharian hidup orang Aceh sejak dahulu.
Banyak lagi khanduri seperti khanduri laot (pesta nelayan), khanduri padi (panen padi), khanduri peutron aneuk (menurunkan anak), khanduri aqiqah, keumaweueh, peucicap, dan khanduri sunatan Rasul.